LAPORAN KIMIA
TITRASI ASAM BASA
DISUSUN OLEH :
ALIF
DICKY PRATAMA (02)
ARISKA
FAJAR UTAMI (05)
AULIA
WIDIA PRATAMA (07)
FITA
FITRIANI YANUARSIH (11)
NICOLAS
GILAR (17)
SITI WAHYU LESTARI (25)
SEKOLAH MENENGAH
ATAS NEGERI (SMAN) 1
KOTA SALATIGA
MEI 2014
TITRASI ASAM BASA
Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida (HCl) dan Larutan
Natrium Hidroksida (NaOH)
A. Tujuan
Menentukan konsentrasi larutan HCl dan
larutan NaOH 0,5 M.
B. Dasar
Teori
Titrasi merupakan metode analisis kimia
secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan
konsentrasi dari reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting
dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik.
Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia
analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan stoikhiometri dari
reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti:
aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul
pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit,
biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang
diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan
konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standardisasi. Penambahan titran
dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka
dikatakan baha titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila
penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang
disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan
perubahan warna.
Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah,
yang mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan terdisosiasi maupun tidak.
Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen.
Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya
merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik
ekivalen.
Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau
mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting
dari analisis titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum
titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun
istilah analisis volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi
dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena
pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisis
tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas.
Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter, yang diketahui
konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan
yang dititer yang konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan
buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan
jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir
adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator.
Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi—di mana volum
dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol
larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi
adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika
larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH
fenolftalein. Selain titrasi asam-basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik
akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan
reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH
dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan
berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau
melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil
jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam
larutan alkali.
Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus,
baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat
digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks
menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak
membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak
berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang
berlebih dalam larutan. Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya
warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang
sedang dititer.
Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi
warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai
titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan—sehingga terjadilah
perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan
antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam
titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar
kesalahannya tidak dapat ditentukan.
C. Alat
1.
Buret atau pipet ukur
2.
Labu elenmeyer
3.
Pipet volunme
4.
Botol semprot
5.
Pipet tetes
D. Bahan
1.
Larutan HCl
2.
Larutan NaOH 0,5 M
3.
Indicator fenolftalein
4.
Aquadest/air suling
E. Langkah Kerja
1.
Ukur 10 ml larutan HCl dengan menggunakan pipet
volume, lalu masukkan ke dalam labu elenmeyer.
2.
Tambahkan 2-3 tetes indicator fenolftalein.
3.
Masukkan larutan NaOH 0,1 M sebagai zat peniter
ke dalam buret. Jika tidak ada buret masukkan ke dalam pipet ukur.
4.
Catat skala awal larutan NaOH 0,5 M (sebaiknya
dimulai skala 0).
5.
Sambil menggoyang-goyangkan labu, teteskan
sedikit demi sedikit larutan NaOH ke dalam labu elenmeyer sampai terjai
perubahan warna indicator.
6.
Catat volume latrutan NaOH yang digunakan.
7.
Ulangi kegiatan ini sekali lagi sehingga Anda
memperoleh hasil yang hamper sama. Jika perbedaan yang Anda peroleh cukup
besar, ulangi sekali lagi.
F. Data Pengamatan
|
Percobaan
|
Volume HCl (ml)
|
Volume NaOH 0,5 M (ml)
|
|
1
|
10
|
11
|
|
2
|
10
|
10,5
|
G. Pertanyaan dan Tugas
1.
Tuliskan persamaan reaksi asam-basa tersebut.
2.
Tentukan konsentrasi larutan HCl tersebut.
JAWAB:
1.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
2.
A.
Percobaan I
HCl +
NaOH → NaCl
+
H2O
10 ml 0,5 M
11 ml
Penyelesaian:
Grek asam =
Grek basa
Va . Na = Vb . Nb
10 (Ma . a) =
11 (Mb . b)
10 (Ma . 1) =
11 (0,5 . 1)
10 M = 11 . 0,5
M =
= 0,55 M
B. Percobaan II
HCl + NaOH → NaCl
+
H2O
10 ml 0,5 M
10,5
ml
Penyelesaian:
Grek asam =
Grek basa
Va . Na = Vb . Nb
10 (Ma . a) =
10,5 (Mb . b)
10 (Ma . 1) =
10,5 (0,5 . 1)
10 M = 10,5 . 0,5
M =
= 0,525 M
H.
Kesimpulan
·
Molaritas
dari H2SO4 adalah dengan warna larutan setelah diberi imdikator menjadi merah
muda atau pink.
·
Titrasi
asam basa yang diuji cobakan merupakan jenis titrasi asam kuat oleh basa kuat.
·
Indikator
yang digunakan adalah fenolflatein/pp (pH=8-10) yang dalam suasanan basa
berwarna merah, dan dalam suasana asam tidak berwarna atau jernih.
·
Molaritas
larutan yang dititrasi dapat dihitung dengan membandingkan jumlah grek asam dan
jumlah grek basa.
I.
Gambar
Hasil Percobaan
